Edelweis
Edelweis, sebuah tanaman eksotik dan endemik
khas daerah alpina atau montana. Tanaman dari family Asteraceae tumbuh dan
berkembang di daerah pegunungan dengan iklim yang dingin dan pada ketinggian
diatas 2000mdpl. Hampir semua pegunungan ditumbuhi Edelweis. Beragam spesies
muncul sehingga menciptakan keragaman yang menarik. Dari morfologi bunganya
saja, terlihat ada Edleweis berwarna putih, ungu dan kuning, dan masih ada lagi
mungkin di tempat lain. Anphalis Javanica, adalah Edelweis yang banyak di
jumpai di pegunungan pulau Jawa.
Beragam
istilah muncul untuk menyebut nama tanaman eksotis ini. Ada yang menyebut
sebagai bunga keabadian, ketulusan dan perjuangan, dan masih banyak lagi
intepretasi yang lain. Disebut bungan keabadian, karena bunganya yang terus
awet dan berada dipuncak gunung sebagai simbol keabadian. Lambang ketulusan,
karena Edelweis tumbuh di daerah yang khusus dan ekstrem, sehingga seolah
menerima keadaan apa adanya tanpa menuntut kondisi yang mengenakan. Bunga ini
juga mengandung arti sebagai lambang perjuangan, karena bunga ini tumbuh
ditempat yang tandus, dingin, miskin unsur hara dan untuk mendapatkannya harus
bersusah payah mendaki gunung.
Karena
demikian hebatnya bungai ini, membuat mereka yang mengaku pecinta alam atau
penggiat alam bebas berusaha mengabadikan bunga tersebut bahkan harus rela
memindahkan habitatnya walau hanya setangkai bunganya saja. Di beberapa tempat
wisata, Edelweis menjadi barang dagangan yang cukup menjanjikan karena banyak
diburu mereka yang tak sanggup memetik di gunung. Saking laris manisnya, maka
eksploitasi Edelweis dilakukan penduduk untuk di perdagangkan. Tidak berbeda
jauh dengan tangan-tangan jahil penggiat alam bebas, walau tidak melakukan jual
beli Edelweis, tetap saja mengambil tanpa memikirkan dampaknya. Memetik tanpa menanam,
begitulah yang terjadi dan kenyataannya demikian. Entah sampai kapan prilaku
tersebut akan berhenti, apakah menunggu kesadaran masing-masing pribadi atau
setelah bunga keabadian tersebut habis dari habitatnya.
Mungkin bagi
kita yang memiliki kesadaran akan arti penting Edelweis yang terancam oleh
tangan-tangan jahil, tidak usah terlalu risau. Mungkin jika mata kita jeli,
maka tanpa bersusah payah akan menemukan bunga keabadian tersebut. Tentu saja
ada aturan main, dan menaati aturannya sebelum bertemu dengan bunga eksotik
tersebut. Jangan berpikir, Edelweis hanya tumbuh pada stratifikasi vegetasi
tertentu, yakni montana atau alpina yang terletak hampir di puncak gunung.
Tetapi bunga ini, bisa di temui di tempat-tempat tertentu dan spesifik sesuai dengan
habitat aslinya. Mari arahkan mata dan pandangan kita untuk sejenak bisa
menikmati Anaphalis Javanica. Jangan mengambil atau merusak, cukup nikmati dan
abadikan lewat gambar agar semua orang bisa menikmati.
Di Jalan
Lingkar Salatiga, di sekitar kanan kiri bekas galian untuk jalan, banyak sekali
di tumbuhi Edelweis. Edelweis merupakan tanaman perintis dalam suksesi lahan.
Pada awalnya lahan yang di pangkas menjadi tebing-tebing yang curam, serta
terlihat lapisan-lapisan tanahnya. Nampak tanah lapisan atas yang berwarna
kecoklatan, lalu tanah liat “clay” kemudian tanah berpasir, berkerikil dan
berbatu. Irisan tanah secara vertikal ini menyulitkan beragam tumbuhan untuk
hidup, dan hanya tanaman pioner saja yang mampu tumbuh dan berkembang disana.
Ibarat lahan tandus, makan beberapa tanaman perintis yang mampu tumbuh,
seperti; paku-pakuan, lumut, rerumputan dan Edelweis adalah salah satunya.
Edelweis
adalah tumbuhan perintis di tanah vulkanik yang tandus, bebatuan pegunungan dan
lembah-lembah. Keistimewaan Edelweis adalah mampu hidup dalam media yang miskin
unsur hara, karena tanaman ini bersimbiosis dengan mikoriza. Mikoriza adalah
jamur yang berasda di perakaran yang bertugas menambat Nitrogen dan dekomposisi
materi organik. Dari peran Mikoriza tersebut Edelweis mendapatlan nutrisi,
sehingga mampu hidup ditanah tandus sekalipun. Lahan yang dipangkas vertikal
menjadi habitat yang cocok untuk Edelweis, sehingga banyak ditemui di
tebing-tebing curam disepanjang Jalan Lingkar Salatiga. Dengan perakaran yang
kokoh dan mampu menembus celah-celah bebatuan memungkinkan Edelweis mampu hidup
ditempat-tempat yang sudah dijangkau.
Menjadi
pertanyaan sekarang adalah darimana asal Edelweis ini, apakah ada yang menanam
atau tumbuh dengan sendirinya. Family Asteraceae memiliki karangan bungan, dan
menghasilkan banyak sekali bunga generatf. Oleh angin, serbuk-serbuk bunga yang
berisi bungan-bungan generatif di terbangkan dan disaat mendapat media yang
tepat akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan Edelweis tergolong cepat, walau
hanya memiliki tinggi 1 meter, akan menghasilkan bunga-bunga generatif yang
melimpah. Di daerah yang sama sekali tidak terusik, seperti pegunungan Edelweis
mampu tumbuh hingga 8m dan dengan batang yang kokoh.
Dari kajian
ekologis, Edelweis memiliki peran sebagai pioner dalam revegetasi dan suksesi.
Menjadi tanaman pertama yang tumbuh dan menghasilkan unsur-unsur hara sebagai
media tumbuh tanaman lain. Selain tanaman perintis, Edelweis menjadi “cover
corp” atau tanaman penutup yang mempu menahan hempasan air hujan dan laju
permukaan, sehinga meminimalkan resiko erosi. Disisi lain, banyak serangga yang
hidup didalam bunga untuk sekedar menghisap nektar atau berlindung didalam
rimbunya dedaunan.
Jangan
mengira Edelweis di Jalan Lingkar Salatiga seperti yang ada di gunung-gunung.
Jalan Lingkar Salatiga dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 670m
berbeda dengan Edelweis di ketinggian diatas 2000mdpl. Faktor lingkungan
seperti, ketinggian, suhu, cahaya, nutrisi, kelembapan dan lain sebagainya
berpengaruh terhadap pertumbuhan Edelweis. Di lokasi yang bukan habitat
aslinya, Edelweis akang mengalami gangguan pertumbuhan. Di lokasi tersebut,
Edelwesi terlihat dengan daun dan bunga yang tak serimbun di pegunungan, dan
terkesan kurus. Namun adanya pembatas faktor lingkungan tak menghalangi
Edelweis untuk tetap hidup, yakni dengan beradaptasi walau dengan pertumbuhan
yang tidak normal. Sungguh perjuangan yang tidak mudah bagi Edelweis agar tetap
hidup dilingkungan barunya. Yang menjadi ancaman, bukanlah kondisi lingkungan,
tetapi yang ditakutkan adalah ulah tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.
Menjadi
pertanyaan sekarang, bisakah kita menjaga dan mengapresiasi tanaman eksotis
tersebut. Jangan gara-gara dengan embel-embel bunga keabadian lantas memetik
dan mempersembahkan kepada kekasih, percumah tak ada yang abadi kecuali bunga
plastik yang perlu ratusan tahun agar terurai. Naif juga jika memetik Edelweis
sebagai wujud ketulusan cinta, sebab Edelweis sudah lebih tulus dari cinta
siapapun, sebab dia rela menjadi yang pertama untuk sebuah kehidupan. Jangan
tanyakan tentang perjuangan untuk Edelweis, karena bunga ini harus benar-benar
survive agar mampu menjadi yang pertama dalam suksesi dan revegetasi. Bijak
sekali juga kita bisa belajar dari Edelweis Jawa ini bagaimana tentang
keabadian, ketulusan dan pengorbanan, baik kepada orang terkasih, sesama dan
alam ini, seperti yang ditunjukan Edelweis dalam habitatnya.
0 komentar:
Posting Komentar